JAKARTA - Inovasi di industri penerbangan dunia kembali mencatat sejarah baru. Di tengah persaingan maskapai global untuk memperluas jangkauan rute jarak jauh, sebuah penerbangan lintas benua resmi memecahkan rekor durasi terlama yang pernah dicapai oleh layanan komersial.
Langkah ini bukan sekadar pencapaian teknis, melainkan juga simbol perubahan arah mobilitas global yang kian menghubungkan kawasan Asia dengan Amerika Selatan secara lebih langsung.
Maskapai China Eastern Airlines kini menorehkan namanya dalam sejarah penerbangan setelah meluncurkan rute terpanjang di dunia yang menghubungkan China dan Argentina.
Kehadiran rute ini menjadi tonggak baru dalam konektivitas global, sekaligus membuka peluang ekonomi, sosial, dan budaya antarkawasan yang selama ini terpisah oleh jarak dan keterbatasan jalur penerbangan langsung.
Rute Baru yang Menembus Batas Jarak Dunia
China Eastern Airlines resmi mengoperasikan rute penerbangan komersial terpanjang di dunia dengan jarak tempuh mencapai 12.400 mil atau sekitar 19.955 kilometer.
Perjalanan udara ini membutuhkan waktu hingga 29 jam, menjadikannya sebagai penerbangan dengan durasi terlama yang pernah dijalankan secara reguler.
Penerbangan perdana dimulai pada 4 Desember 2025 dari Shanghai menuju Buenos Aires, Argentina. Dalam perjalanannya, pesawat melakukan satu kali singgah di Auckland, Selandia Baru, selama kurang lebih dua jam untuk pengisian bahan bakar sekaligus rotasi awak kabin. Setelah itu, penerbangan dilanjutkan menuju Amerika Selatan hingga tiba di tujuan akhir.
Durasi penerbangan dari China ke Argentina tercatat memakan waktu lebih dari 25 jam. Sementara itu, rute sebaliknya membutuhkan waktu sekitar empat jam lebih lama, memperkuat status layanan ini sebagai penerbangan terlama di dunia yang saat ini beroperasi.
Melampaui Rekor Lama dan Persaingan Maskapai Global
Dengan dibukanya rute Shanghai–Buenos Aires, China Eastern secara resmi melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh Singapore Airlines. Sebelumnya, rute langsung antara New York dan Singapura dengan durasi sekitar 19 jam dikenal sebagai penerbangan terpanjang di dunia.
Langkah ini menunjukkan bahwa persaingan antar maskapai besar untuk membuka rute ultra-jarak jauh masih terus berlanjut. Sejumlah maskapai lain juga mulai mengincar jalur serupa demi memperluas jaringan internasional mereka.
Maskapai asal Australia, Qantas, misalnya, telah mengumumkan rencana membuka rute Sydney menuju London dengan waktu tempuh sekitar 22 jam pada tahun 2027.
Perlombaan menciptakan jalur penerbangan terpanjang ini tidak hanya soal prestise, tetapi juga mencerminkan kemajuan teknologi pesawat, manajemen kru, serta efisiensi operasional maskapai.
Pengalaman Penumpang dan Operasional Penerbangan
Penumpang yang menempuh perjalanan panjang ini diterbangkan menggunakan pesawat jumbo Boeing 777-300ER. Pesawat tersebut memiliki kapasitas sebanyak 316 kursi dan dirancang untuk penerbangan jarak jauh dengan tingkat kenyamanan yang disesuaikan bagi perjalanan berdurasi sangat panjang.
Rute Shanghai–Buenos Aires ini dijadwalkan beroperasi dua kali dalam sepekan sepanjang tahun. Pada penerbangan perdananya, pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Shanghai Pudong pada pukul 02.00 waktu setempat dan berhasil mendarat di Bandara Internasional Ezeiza, Argentina, sekitar 10 menit lebih cepat dari jadwal, yakni pada pukul 16.45 waktu setempat.
Menurut China Eastern Airlines, kehadiran rute ini memberikan alternatif yang lebih langsung bagi penumpang yang ingin bepergian ke Amerika Selatan dari kawasan Asia Timur. Sebelumnya, perjalanan antarkedua wilayah tersebut umumnya memerlukan lebih banyak transit dan waktu perjalanan yang lebih panjang.
Dampak Sosial dan Strategis bagi Konektivitas Global
Pembukaan rute ultra-jarak jauh ini juga memiliki makna sosial dan demografis yang cukup besar. Argentina diketahui memiliki komunitas diaspora Asia Timur yang terus berkembang, termasuk warga kelahiran China yang menetap di negara tersebut.
Berdasarkan data Simply Flying, lebih dari 55.000 orang kelahiran China saat ini tinggal di Argentina dan menjadi salah satu komunitas dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Amerika Selatan. Selain itu, tercatat sekitar 96.000 penumpang melakukan perjalanan udara antara China dan Buenos Aires dalam kurun waktu 12 bulan hingga September 2025.
China Eastern Airlines menyebutkan bahwa rute ini mengisi kekosongan dalam konektivitas penerbangan langsung antara Shanghai dan kota-kota besar di Amerika Selatan. Maskapai tersebut menilai jalur baru ini sebagai pembuka “koridor selatan” yang menghubungkan ujung berlawanan Samudra Pasifik, sekaligus membentuk ulang pola perjalanan udara antara Asia, Oseania, dan Amerika Selatan.
Peresmian rute ini juga dirayakan secara simbolis. Perayaan digelar di bandara keberangkatan dan kedatangan, sementara di Auckland diadakan upacara penyambutan sebagai bentuk pengakuan atas pencapaian bersejarah tersebut. Momen ini menegaskan bahwa rute Shanghai–Buenos Aires bukan hanya pencapaian teknis, tetapi juga tonggak penting dalam evolusi transportasi udara global.