Generasi Muda

Transisi Energi: Generasi Muda di Garis Depan Swasembada Energi

Transisi Energi: Generasi Muda di Garis Depan Swasembada Energi
Transisi Energi: Generasi Muda di Garis Depan Swasembada Energi

Jakarta – Dengan semangat membara, generasi muda Indonesia menunjukkan peran penting mereka dalam mewujudkan visi transisi energi demi mencapai swasembada energi untuk jangka panjang. Dalam acara semifinal lomba debat mahasiswa bertema "Generasi Emas 245: Berkarya untuk Mewujudkan Transisi Energi," Lana Saria, Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, menekankan pentingnya pemahaman ketahanan energi sejak dini oleh generasi muda.

"Saya sangat optimis dengan potensi generasi mendatang dalam menciptakan kebijakan energi yang lebih baik dan berdaya saing, sejalan dengan kemajuan teknologi dan globalisasi. Ini adalah masa depan di mana kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan harus seimbang," ungkap Lana Saria di Ruang Udaya, Graha Elnusa, Kamis, 6 Februari 2025.

Acara debat ini menjadi platform penting bagi generasi muda untuk mendalami isu-isu kompleks seputar energi. Dengan meningkatnya kebutuhan energi nasional, transisi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi esensial. Menurut Lana, pada tahun 2024, total kapasitas terpasang pembangkit EBT direncanakan mencapai 15 GW dari keseluruhan 101 GW pembangkit. Dia menambahkan, "Pada periode 2025-2034, kami memproyeksikan penambahan 71 GW, di mana 72% berasal dari EBT dan penyimpanan energi."

Mengimbangi langkah tersebut, pemerintah juga berfokus meningkatkan penggunaan biodiesel. Produksi biodiesel di tahun 2024 diproyeksikan mencapai 13,15 juta KL dengan program B35, yang dapat menghemat devisa hingga USD9,33 miliar atau sekitar Rp147,5 triliun. "Program ini akan ditingkatkan menjadi B40 mulai 2025," jelas Lana.

Kompetisi ini mencatat kemenangan Tim Pertamina dari Universitas Pertamina, yang berhasil mengalahkan Santai Well dari Institut Teknologi PLN di babak final. Kemenangan ini menunjukkan bahwa pemahaman dan kemampuan debat mahasiswa Indonesia dalam isu transisi energi sangat apik dan setara. Hidayat Tantan, Direktur Utama PT Visi Dunia Energi, menyatakan, "Para finalis menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Penjurian sangat ketat, dan dewan juri harus memutuskan dengan parameter yang ketat."

Kompetisi ini dinilai oleh dewan juri profesional termasuk Komaidi Notonegoro dari Reforminer Institute, Ali Ahmudi Achyak dari Center for Energy Security Studies (CESS), dan Rachman Ridatullah dari Universitas Padjadjaran. Hudi Suryodipuro, juri tamu dari SKK Migas, menambahkan, "Acara ini sangat bermanfaat sebagai sarana sosialisasi kondisi sektor energi nasional dan global saat ini. Ini juga memberi mahasiswa kesempatan untuk menyampaikan gagasan inovatif mereka mengenai tantangan energi masa depan."

Ali Ahmudi Achyak, Direktur Eksekutif CESS, menyoroti bahwa kemampuan luar biasa dari keempat tim yang berlaga memperlihatkan pengetahuan mendalam dan keinginan untuk menciptakan perubahan di sektor energi. "Perbandingan antara tim sangat tipis, dan tiap argumentasi dinilai secara ketat," katanya.

Dengan acara seperti ini, generasi muda tidak hanya diasah keterampilannya dalam berdebat tetapi juga diwujudkan untuk mendorong ide-ide visioner yang dapat mengatasi tantangan energi masa depan. Lana Saria mengakhiri dengan apresiasi kepada semua peserta dan penyelenggara, seraya berharap acara serupa dapat terus mendukung semangat generasi muda Indonesia menuju swasembada energi yang berkelanjutan.

Melalui peran aktif generasi muda, Indonesia dapat bergerak lebih cepat menuju transisi energi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Inisiatif ini tak hanya menciptakan peluang besar bagi ekonomi masa depan tetapi juga menjaga lingkungan yang lebih sehat untuk generasi berikutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index