Jakarta - Pada perdagangan Rabu waktu setempat, harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan di tengah fluktuasi pasar yang sensitif terhadap berbagai faktor ekonomi global. Merujuk pada laporan terbaru dari Xinhua, Kamis, 6 Februari 2025, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret merosot USD1,67 atau 2,3 persen, menjadi USD71,03 per barel di New York Mercantile Exchange. Penurunan serupa juga terjadi pada minyak mentah Brent untuk pengiriman April yang turun USD1,59 atau 2,09 persen ke level USD74,61 per barel di London ICE Futures Exchange.
Peningkatan Pasokan Minyak Mentah AS
Penurunan harga ini terjadi di tengah laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang menunjukkan peningkatan pasokan minyak mentah di Amerika Serikat. EIA mencatat bahwa input kilang minyak mentah AS mencapai rata-rata 15,3 juta barel per hari (bph) selama minggu yang berakhir 31 Januari, mengalami kenaikan sebanyak 159 ribu bph dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Laporan Data Minyak Mingguan juga menyebutkan bahwa kilang minyak beroperasi pada 84,5 persen dari kapasitas operasionalnya minggu lalu, Kamis, 6 Februari 2025.
Selain itu, menurut laporan yang sama, persediaan minyak mentah komersial AS, tidak termasuk yang ada di Cadangan Minyak Strategis, melonjak sebesar 8,7 juta barel dari minggu sebelumnya menjadi 423,8 juta barel. Angka ini masih sekitar lima persen di bawah rata-rata lima tahun untuk periode tahun ini. Fenomena ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sentimen pasar dan memicu penurunan harga minyak global.
Pengaruh Produksi dan Persediaan Produk Olahan
Meskipun pasokan minyak mentah meningkat, produksi bensin dan bahan bakar sulingan di Amerika Serikat justru mengalami penurunan. Produksi bensin dan bahan bakar sulingan masing-masing tercatat rata-rata 9,2 juta bph dan 4,6 juta bph. Persediaan bensin motor AS, sebaliknya, mengalami kenaikan 2,2 juta barel minggu lalu, sedikit di atas rata-rata lima tahun untuk periode tersebut.
Namun, laporan juga menunjukkan penurunan dalam beberapa jenis persediaan lainnya. Persediaan bahan bakar sulingan mengalami penurunan signifikan sebesar 5,5 juta barel, sekitar 12 persen di bawah rata-rata lima tahun untuk periode ini. Persediaan propana/propilena juga menyusut sebesar 4,8 juta barel minggu lalu, yang berada 2 persen di bawah rata-rata lima tahun.
Tren Konsumsi dan Dampaknya
Selama empat minggu terakhir, total produk yang dipasok di AS rata-rata mencapai 20,6 juta barel per hari, menunjukkan kenaikan 3,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, konsumsi atau produk bensin motor yang dipasok menunjukkan penurunan tipis sebesar 0,2 persen dari periode yang sama tahun lalu, dengan rata-rata 8,3 juta barel per hari.
Sebaliknya, produk bahan bakar sulingan yang dipasok mengalami peningkatan tajam sebesar 13,7 persen dari periode yang sama tahun lalu, dengan rata-rata 4,3 juta barel per hari selama empat minggu terakhir. Sementara itu, produk bahan bakar jet yang dipasok juga mengalami kenaikan sebesar 4,6 persen dibandingkan dengan periode empat minggu yang sama tahun lalu.
David Thompson, kepala analis pasar energi di sebuah lembaga riset berbasis di New York, mengomentari tren ini dengan mengatakan, "Penurunan harga minyak mentah global baru-baru ini sebagian besar dipengaruhi oleh dinamika pasokan dan permintaan di Amerika Serikat. Peningkatan persediaan dan kapasitas kilang yang lebih tinggi memicu sentimen penurunan harga. Namun, peningkatan produk sulingan yang dipasok menunjukkan adanya permintaan tinggi yang bisa mengimbangi beberapa tekanan harga ini."