7 Perbedaan Saham dan Obligasi yang Perlu Dipahami Pemula

Rabu, 26 Februari 2025 | 12:17:16 WIB
perbedaan saham dan obligasi

Perbedaan saham dan obligasi sangat penting untuk dipahami oleh setiap investor. Jika kamu berencana untuk memulai investasi tetapi masih bingung dalam memilih instrumen yang tepat, baik saham maupun obligasi bisa menjadi pilihan yang menguntungkan.

Namun, sebelum memutuskan, penting untuk mempertimbangkan tujuan investasi, apakah jangka pendek atau jangka panjang. 

Mengetahui perbedaan saham dan obligasi akan membantumu membuat keputusan yang lebih tepat sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasimu.

Dengan pemahaman yang baik tentang perbedaan antara saham dan obligasi, kamu bisa memaksimalkan peluang untuk mendapatkan keuntungan, bahkan di awal perjalanan investasi.

Apa Itu Saham dan Obligasi?

Untuk memahami perbedaan antara saham dan obligasi, penting untuk terlebih dahulu mengetahui definisi atau pengertian dari keduanya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan saham? Bagaimana dengan obligasi?

1. Saham

Saham tetap menjadi salah satu pilihan investasi yang sangat diminati dan telah dikenal luas sebagai instrumen investasi yang populer. Meskipun banyak yang sudah familiar dengan istilah ini, memahami konsep dasar saham sangat penting. 

Saham adalah bukti kepemilikan atas nilai suatu perusahaan, atau sering disebut sebagai bukti penyertaan modal.

Pemilik saham berhak menerima dividen sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Sebagai pemegang saham, baik individu maupun badan usaha, mereka memiliki klaim atas kepemilikan perusahaan yang tercatat di pasar saham. 

Artinya, pemegang saham dapat berpartisipasi dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Bagi yang tertarik untuk berinvestasi di pasar saham, langkah pertama adalah membeli saham di pasar modal dengan memilih perusahaan atau emiten yang memiliki potensi baik.

Dengan demikian, peluang untuk memperoleh keuntungan dari investasi saham akan semakin terbuka.

Saham dapat dikategorikan berdasarkan kepemilikannya, seperti saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Selain itu, saham juga dapat dikelompokkan berdasarkan cara pengalihannya, yakni saham atas unjuk dan saham atas nama. 

Dalam dunia perdagangan saham, terdapat berbagai jenis saham, seperti income stocks, blue chip stocks, speculative stocks, counter cyclical stocks, dan growth stocks.

2. Obligasi

Selain saham, obligasi juga merupakan instrumen investasi yang sangat populer. Banyak orang yang ingin memahami perbedaan antara saham dan obligasi serta mencari contoh saham dan obligasi agar dapat lebih mudah membedakannya.

Secara sederhana, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pihak yang berutang kepada kreditur. Penerbit obligasi berkomitmen untuk membayar kembali pokok utang beserta bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Keuntungan bagi investor yang memilih obligasi adalah bunga atau kupon yang diterima secara berkala. 

Obligasi dapat diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah, memberikan peluang bagi masyarakat untuk berinvestasi dalam jangka pendek. Selain itu, obligasi juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Obligasi dapat dibedakan berdasarkan penerbitnya, yaitu obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. Berdasarkan nominal, terdapat obligasi ritel dan obligasi konvensional.

Selain itu, obligasi juga bisa dibedakan berdasarkan jaminan, seperti secured bonds dan unsecured bonds. Ada pula jenis obligasi lainnya yang dibedakan berdasarkan cara pembayaran bunga, imbal hasil, dan hak penukaran.

Perbedaan Saham dan Obligasi

Meskipun keduanya dapat menjadi instrumen investasi yang menguntungkan, terdapat beberapa perbedaan saham dan obligasi yang perlu dipahami. Penasaran apa saja perbedaan antara keduanya? Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Masa Berlaku

Salah satu perbedaan utama antara saham dan obligasi adalah masa berlakunya. Pemegang saham memiliki hak untuk mendapatkan keuntungan dan suara dalam perusahaan selama perusahaan tersebut beroperasi, yang menandakan kepemilikan saham mereka.

Sebaliknya, obligasi memiliki batas waktu yang jelas, yang tercantum dalam kontrak. Kepemilikan obligasi akan berakhir saat kontrak tersebut berakhir, sehingga obligasi lebih cocok untuk investasi dengan jangka waktu yang lebih pendek.

2. Tingkat Keuntungan

Perbedaan lainnya antara saham dan obligasi terletak pada potensi keuntungan yang bisa diperoleh. Saham memberikan keuntungan dalam bentuk capital gain, yang diperoleh dari selisih harga jual yang lebih tinggi daripada harga beli. 

Selain itu, pemegang saham juga berhak menerima dividen, yang merupakan bagian dari keuntungan perusahaan.

Sementara itu, obligasi memberikan keuntungan berupa kupon, yang umumnya lebih tinggi daripada bunga deposito. 

Pemegang obligasi juga bisa menjual obligasinya di pasar sekunder untuk mendapatkan keuntungan berupa capital gain. Namun, keuntungan dari saham dan obligasi tergantung pada kinerja perusahaan. 

Keuntungan saham lebih fluktuatif, sementara obligasi cenderung memberikan keuntungan yang lebih stabil hingga kontraknya berakhir, menjadikannya pilihan yang lebih aman untuk investasi.

3. Fungsi

Dari segi fungsi, saham dan obligasi memiliki perbedaan yang signifikan. Dengan membeli saham, seseorang menjadi pemilik sebagian perusahaan. 

Sebaliknya, obligasi adalah bukti pengakuan utang, di mana penerbit obligasi berfungsi sebagai pihak yang berutang, sementara pemegang obligasi berperan sebagai kreditur atau investor.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa saham adalah bukti kepemilikan perusahaan, sedangkan obligasi adalah bukti piutang, yang menunjukkan perbedaan fungsi yang jelas antara keduanya.

4. Pajak yang Dikenakan

Salah satu perbedaan penting antara saham dan obligasi adalah pajak yang dikenakan. Saham menghasilkan dividen, dan hasil dividen tersebut akan dikenakan pajak sebelum sampai ke pemegang saham. 

Sementara itu, pembayaran obligasi, seperti bunga atau kupon, dianggap sebagai biaya perusahaan dan tidak dikenakan pajak. Jika tujuan investasi adalah memperoleh hasil tanpa potongan pajak, perbedaan ini bisa menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan.

5. Kebijakan saat Likuidasi

Perbedaan lain antara saham dan obligasi muncul saat perusahaan mengalami likuidasi, yaitu proses pembubaran perusahaan dan penyelesaian kewajiban. 

Pemegang saham dan pemegang obligasi akan menerima hak mereka dalam urutan yang berbeda jika perusahaan bangkrut. 

Pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam kontrak obligasi, sementara pemegang saham akan menerima sisa harta perusahaan setelah kewajiban obligasi dilunasi, sesuai dengan porsi kepemilikan mereka.

6. Hak Campur Tangan Perusahaan

Perbedaan yang signifikan antara saham dan obligasi juga terletak pada hak campur tangan dalam kebijakan perusahaan. 

Pemegang saham memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang memungkinkan mereka untuk mempengaruhi keputusan strategis perusahaan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. 

Sebaliknya, pemegang obligasi tidak memiliki hak suara atau pengaruh dalam pengambilan keputusan perusahaan, karena obligasi hanya merupakan surat utang tanpa hak campur tangan dalam operasional perusahaan.

7. Harga Jual-Beli Surat Berharga

Harga jual-beli surat berharga menjadi salah satu perbedaan antara saham dan obligasi. Harga saham sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti inflasi, kondisi politik, dan gejolak ekonomi. 

Oleh karena itu, harga saham bisa mengalami fluktuasi yang signifikan, yang berpotensi membawa risiko yang lebih tinggi bagi investor.

Sebaliknya, harga obligasi umumnya lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi yang fluktuatif. 

Hal ini membuat obligasi cenderung memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan saham, sehingga menjadi pilihan yang lebih aman bagi investor yang menginginkan kestabilan harga.

Risiko Saham dan Obligasi

Sama-sama menawarkan potensi keuntungan, namun setiap jenis investasi memiliki risiko tersendiri. Keuntungan yang diperoleh dari investasi sering kali sebanding dengan risiko yang dihadapi. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko yang terkait dengan saham dan obligasi sebelum memilih instrumen investasi yang tepat.

Risiko Saham

Saham memiliki sejumlah risiko yang perlu dipertimbangkan oleh investor, antara lain:

1. Capital Loss

Salah satu risiko terbesar dalam investasi saham adalah capital loss, yaitu kerugian yang terjadi ketika harga jual saham lebih rendah daripada harga beli. 

Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan pasar yang tidak terduga, kinerja perusahaan yang buruk, atau keputusan investasi yang kurang tepat. 

Risiko ini menunjukkan bahwa meskipun saham menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, investor juga berisiko kehilangan sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan.

2. Likuiditas Saham

Likuiditas saham menjadi faktor penting dalam risiko investasi. Saham dengan likuiditas rendah, yaitu saham yang sulit diperdagangkan atau dijual di pasar, dapat menyulitkan investor jika ingin menjual saham dalam waktu singkat. 

Risiko ini lebih sering dialami oleh investor yang berfokus pada perdagangan saham jangka pendek. Sebaliknya, saham dengan likuiditas tinggi cenderung lebih mudah diperdagangkan, meskipun tetap ada risiko terkait dengan fluktuasi harga pasar.

3. Tidak Mendapatkan Dividen

Salah satu risiko dalam investasi saham adalah ketidakpastian terkait dividen. Meskipun banyak perusahaan membagikan dividen sebagai bentuk pembagian keuntungan, tidak ada jaminan bahwa investor akan menerima dividen setiap tahun. 

Jika perusahaan mengalami penurunan kinerja atau menghadapi masalah finansial, pembagian dividen bisa saja ditangguhkan atau bahkan dibatalkan. Hal ini menjadi risiko bagi investor yang mengandalkan dividen sebagai sumber pendapatan.

4. Suspensi

Risiko suspensi saham terjadi ketika perdagangan saham perusahaan dihentikan sementara waktu oleh otoritas pasar modal, seperti Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Suspensi bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti volume transaksi yang tidak wajar atau pelanggaran peraturan. Meskipun suspensi bersifat sementara, hal ini bisa menambah ketidakpastian bagi investor. 

Jika suspensi berlangsung lama, pemilik saham mungkin tidak bisa menjual saham mereka hingga ada keputusan lebih lanjut, yang dapat mengganggu likuiditas dan strategi investasi mereka.

Risiko Obligasi

Berikut adalah beberapa risiko yang perlu diperhatikan dalam investasi obligasi:

1. Risiko Gagal Bayar

Risiko gagal bayar muncul ketika penerbit obligasi, baik perusahaan maupun pemerintah, tidak mampu membayar kupon atau bunga sesuai dengan kesepakatan. Hal ini bisa terjadi jika penerbit mengalami kesulitan finansial atau kebangkrutan. 

Untuk meminimalkan risiko ini, disarankan untuk memilih obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, karena umumnya lebih stabil dan memiliki risiko gagal bayar yang lebih rendah.

2. Risiko Suku Bunga

Suku bunga merupakan faktor penting yang memengaruhi nilai obligasi. Ketika suku bunga naik, nilai kupon obligasi yang sudah diterbitkan bisa turun, karena investor lebih tertarik pada obligasi baru dengan kupon yang lebih tinggi. 

Sebaliknya, jika suku bunga turun, nilai obligasi yang ada bisa meningkat. Oleh karena itu, perubahan suku bunga dapat mempengaruhi keuntungan yang dihasilkan dari obligasi.

3. Risiko Pasar

Obligasi juga terpapar risiko pasar yang dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara keseluruhan. 

Faktor-faktor seperti fluktuasi pasar keuangan, perubahan suku bunga, ketidakstabilan politik, dan kondisi ekonomi global dapat menyebabkan penurunan nilai obligasi. 

Risiko ini mengarah pada potensi kerugian yang dikenal dengan istilah capital loss, yang juga dapat memengaruhi harga obligasi di pasar sekunder.

4. Risiko Peringkat

Risiko peringkat berhubungan dengan perubahan posisi peringkat kredit obligasi, yang dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan kinerja penerbit obligasi. 

Ketika peringkat kredit obligasi turun, hal ini dapat menurunkan permintaan pasar terhadap obligasi tersebut, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan nilai obligasi. 

Perubahan peringkat ini sering kali mencerminkan peningkatan risiko gagal bayar.

5. Risiko Reinvestasi

Risiko reinvestasi terjadi ketika investor kesulitan untuk menanamkan kembali hasil investasi obligasi dengan tingkat pengembalian yang setara atau lebih baik. 

Ini dapat terjadi jika pasar tidak menawarkan peluang investasi dengan tingkat bunga yang sama atau lebih tinggi dari kupon obligasi yang diterima, terutama ketika suku bunga pasar menurun.

6. Risiko Inflasi atau Daya Beli

Inflasi dapat memengaruhi daya beli hasil investasi obligasi. Ketika tingkat inflasi naik, nilai riil dari kupon dan pokok obligasi yang diterima oleh investor dapat berkurang. 

Hal ini mengurangi daya beli dan keuntungan yang dihasilkan dari investasi obligasi, karena inflasi menyebabkan harga barang dan jasa naik, sementara pengembalian obligasi tetap pada tingkat yang sama.

Kelebihan dan Kekurangan Saham dan Obligasi

Setelah memahami perbedaan dan risiko yang ada dalam investasi saham dan obligasi, penting untuk mengenal lebih dalam mengenai kelebihan dan kekurangannya. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Kelebihan Saham:

  • Tidak memerlukan biaya perawatan.
  • Dapat mengambil keuntungan dari pertumbuhan ekonomi.
  • Merupakan cara yang efektif untuk melawan inflasi.
  • Tersedia diversifikasi saham yang dapat mengurangi risiko.
  • Memberikan hak atas kepemilikan perusahaan.
  • Potensi untuk mendapatkan dividen.
  • Transparansi dalam informasi perusahaan.
  • Mudah untuk diperjualbelikan di pasar saham.
  • Nilai saham dapat dipantau kapan saja dan di mana saja.
  • Potensi return yang berkesinambungan seiring waktu.

Kekurangan Saham:

  • Memiliki risiko tinggi untuk mendapatkan return yang tinggi.
  • Bersifat fluktuatif dan rentan terhadap perubahan pasar.
  • Memerlukan pembelian minimal 1 lot saham (100 lembar).
  • Persaingan yang ketat dengan investor profesional.
  • Diperlukan waktu untuk bisa mendapatkan return yang optimal.

Kelebihan Obligasi:

  • Pilihan investasi yang relatif aman, terutama untuk jangka pendek.
  • Memberikan keuntungan berupa bunga atau kupon secara periodik.
  • Keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan deposito.
  • Bisa digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman.
  • Peluang untuk mendapatkan capital gain melalui perdagangan obligasi.
  • Dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.

Kekurangan Obligasi:

  • Tidak dapat dicairkan setiap saat, karena ada tanggal jatuh tempo.
  • Berpotensi mengalami kerugian jika kondisi pasar atau penerbit obligasi memburuk.
  • Tingkat bunga yang ditawarkan bergantung pada kondisi pasar keuangan.
  • Ada risiko bahwa uang yang diinvestasikan tidak akan kembali jika penerbit obligasi gagal bayar.

Sebagai penutup, memahami perbedaan saham dan obligasi sangat penting agar kamu dapat memilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risikomu.

Terkini

11 Kamera Digital Sony Terbaru & Terbaik di Indonesia

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:38 WIB

20 Film Kartun Keluarga Terbaik, Wajib Tonton!

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:38 WIB

11 Tempat Makan di Bandung View Bagus, Wajib Mampir!

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:37 WIB

15 Rekomendasi Harga Sofabed Dibawah 1 Juta Terbaru

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:37 WIB