Jakarta - Pada perdagangan hari Rabu, pasar minyak mengalami kenaikan harga menuju level tertinggi dalam sepekan terakhir. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran yang meluas terkait gangguan pasokan dari Rusia dan Amerika Serikat. Pasar juga tengah menantikan kejelasan mengenai kebijakan sanksi yang akan diterapkan, sementara perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina masih berlangsung, Kamis, 20 Februari 2025.
Menurut laporan CNBC pada Kamis, 20 Februari 2025, harga minyak Brent Futures mengalami peningkatan sebesar 20 sen, atau setara dengan 0,3%, menjadi USD 76,04 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami kenaikan sebesar 40 sen, atau 0,6%, mencapai USD 72,25. Ini merupakan pencapaian tertinggi bagi kedua indikator minyak mentah tersebut sejak 11 Februari.
"Pasar sedang mencoba untuk memutuskan tiga faktor pendorong bullish: Rusia, Iran, dan OPEC," ungkap Aldo Spanjer, ahli strategi komoditas dari BNP Paribas. "Orang-orang berupaya memahami dampak dari sanksi yang diumumkan dan yang sebenarnya," jelasnya.
Gangguan Pasokan dari Rusia
Di Rusia, aliran minyak Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), salah satu jalur utama ekspor minyak mentah dari Kazakhstan, mengalami penurunan hingga 30-40% setelah serangan drone Ukraina di stasiun pemompaan pada hari Selasa. Menurut perhitungan dari Reuters, pengurangan 30% ini setara dengan hilangnya pasokan pasar sebesar 380.000 barel per hari (bpd).
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menunjukkan kemungkinan bahwa serangan terhadap CPC mungkin telah dikoordinasikan dengan sekutu Barat Ukraina. "Ini bisa menjadi indikasi bagaimana ketegangan geopolitik dapat berdampak langsung pada pasokan global," tambah Spanjer.
Ancaman Pasokan dari AS
Sementara itu, di Amerika Serikat, cuaca dingin memberikan ancaman serius pada pasokan minyak mentah. Otoritas Pipa Dakota Utara telah memproyeksikan bahwa produksi minyak di negara bagian tersebut akan mengalami penurunan hingga 150.000 bpd akibat kondisi cuaca yang ekstrem.
Tony Sycamore, analis pasar di IG, menyatakan bahwa batas psikologis penting pada harga minyak di angka USD 70 tampaknya bertahan kokoh. "Hal ini didukung oleh kejadian serangan drone Ukraina terhadap stasiun pemompaan minyak Rusia dan ketakutan bahwa cuaca dingin di Amerika Serikat dapat mengurangi pasokan," kata Sycamore.
Dampak Global dan Peran OPEC
Ketegangan di Rusia dan AS bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi harga minyak. Iran dan OPEC juga memainkan peran penting dalam dinamika pasar saat ini. Sanksi terhadap Iran dan kebijakan produksi dari OPEC terus menjadi variabel kunci yang memengaruhi harga minyak.
"Kita berada dalam situasi di mana semua mata tertuju pada keputusan OPEC berikutnya terkait level produksi mereka, terutama di tengah ketidakpastian global yang meningkat," ungkap Aldo Spanjer. "Keputusan yang diambil akan sangat memengaruhi harga minyak dalam jangka pendek hingga menengah."
Sanksi dan Diplomasi
Sementara itu, Washington berupaya untuk menengahi kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik di Ukraina. Kebijakan sanksi menjadi alat diplomasi yang terus dioptimalkan untuk mencapai tujuan damai. Pasar menanti hasil dari perundingan ini dan bagaimana dampaknya terhadap harga minyak dunia.
Ke depan, banyak analis percaya bahwa ketidakpastian geopolitik ini akan terus mendominasi pasar minyak, setidaknya hingga beberapa faktor kunci lebih jelas. Pasar akan terus mengantisipasi berita lebih lanjut mengenai perkembangan situasi tersebut.
Di tengah berbagai tekanan global ini, pelaku pasar dan investor diharapkan tetap waspada dan siaga terhadap perubahan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Kesiapsiagaan dan respon yang cepat terhadap dinamika pasar akan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang mungkin terjadi di masa mendatang.