JAKARTA — Presiden ExxonMobil Indonesia, Carole Gall, menegaskan pentingnya keseimbangan antara transisi energi dan pembangunan ekonomi. Dalam acara CNBC Indonesia Energy Outlook 2025, Gall menyatakan bahwa pendekatan seimbang diperlukan untuk mencapai target keberlanjutan tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
"Pendekatan yang seimbang akan memastikan bahwa kita dapat mencapai target keberlanjutan sekaligus mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi," ujar Gall pada Selasa
Komitmen ExxonMobil di Indonesia
Indonesia memiliki arti khusus bagi ExxonMobil, dengan kemitraan yang telah terjalin lebih dari 125 tahun. Gall menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional serta berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia di Tanah Air.
"Hal ini terlihat jelas dalam peran kami dalam memperkuat keamanan energi Indonesia, dengan seperempat dari produksi minyak nasional berasal dari fasilitas produksi kami di Banyu Urip, Cepu, Jawa Timur," tambahnya.
Pengembangan Teknologi CCS Bersama Pertamina
Sebagai bagian dari upaya mendukung transisi energi, ExxonMobil memperkuat kerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dalam pengembangan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Kerja sama ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon di sektor industri yang sulit didekarbonisasi.
"CCS Hub di Indonesia dapat membantu sektor-sektor industri yang sulit didekarbonisasi untuk mengurangi emisi mereka, seiring dengan terus berkembangnya kehadiran kami di Indonesia," jelas Gall.
Kerja sama ini telah dimulai sejak penandatanganan Heads of Agreement pada KTT G20 di Bali pada November 2022. Proyek ini berpotensi menyimpan hingga 3 miliar metrik ton CO₂ di lepas pantai Jawa, mendukung target net-zero Indonesia pada 2060.
Investasi Besar dalam Proyek Energi Rendah Karbon
Selain pengembangan CCS, ExxonMobil berencana menginvestasikan sekitar USD 10 miliar (sekitar Rp 162,7 triliun) di Indonesia. Investasi ini difokuskan pada pengembangan teknologi CCS dan pembangunan kompleks petrokimia kelas dunia di Pulau Jawa. Nota kesepahaman terkait investasi ini telah ditandatangani dengan pemerintah Indonesia, disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
"Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mendukung pengembangan ekonomi nasional," ujar Airlangga Hartarto.
Kolaborasi Internasional untuk Dekarbonisasi
ExxonMobil juga menjalin kerja sama dengan Korea National Oil Corporation (KNOC) dan Pertamina untuk pengembangan CCS lintas batas antara Indonesia dan Korea Selatan. Kerja sama ini bertujuan mengembangkan penyimpanan karbon di Indonesia, memanfaatkan potensi penyimpanan karbon di wilayah Asia Tenggara.
"Kerja sama dengan KNOC dan ExxonMobil menjadi bukti keseriusan Pertamina untuk mengakselerasi transisi energi dan program penurunan karbon di Indonesia," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Peran Strategis dalam Ketahanan Energi Nasional
Fasilitas produksi ExxonMobil di Banyu Urip, Cepu, Jawa Timur, berkontribusi signifikan terhadap produksi minyak nasional, menyumbang sekitar 25% dari total produksi. Hal ini menunjukkan peran strategis ExxonMobil dalam mendukung ketahanan energi Indonesia.
"Kami bangga dapat berkontribusi pada ketahanan energi Indonesia melalui operasi kami di Banyu Urip," ungkap Gall.
Masa Depan Energi Indonesia
Dengan berbagai inisiatif dan investasi yang dilakukan, ExxonMobil berkomitmen untuk terus mendukung Indonesia dalam mencapai target transisi energi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun perusahaan internasional, diharapkan dapat mempercepat tercapainya tujuan tersebut.
"Kami percaya bahwa melalui kerja sama dan komitmen yang kuat, kita dapat mencapai masa depan energi yang berkelanjutan bagi Indonesia," tutup Gall.
Dengan langkah-langkah strategis ini, ExxonMobil menunjukkan dedikasinya dalam mendukung Indonesia menghadapi tantangan transisi energi sambil memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.